Museumku, Memoriku





Berada di titik 0 Jakarta, di  Sunda Kelapa, tempat awal mula Jakarta. Aroma dari laut Jawa, sungai Ciliwung, pasar Ikan membawa sang kala menuju Jakarta di kala milik kerjaan Sunda dan kelapa di sekitarnya. Ketika Sunda Kelapa diambil alih Fatahilah, kota ini menjadi Jayakarta dan bersamaan dengan itu lenyaplah kerajaan Sunda.

Berjalan santai ke komplek musium Bahari ini, membuat nostalgia di kala Jayakarta telah berubah nama menjadi Batavia. Di sini, tempat kosmopolitan dan kompleksitas kota dimulai memberikan tutur cerita dari bangunan, kehidupan dan cerita. Sebuah gudang milik VOC, menjadi tutur dalam bentuk koleksi kehidupan di laut.

Letak musium ini berada di muara sungai Ciliwung ke laut Jawa, dan bersebelahan dengan pelabuahan Sunda Kelapa. Di depan komplek ada sebuah menara, menara yang digunakan sebagai menara penjaga saat ini dinamai dengan menara Syahbandar. Tangga terbuat dari kayu, dan memiliki warna warni membuat perjalanan 5 tingkat menjadi menyenangkan. Merah, warna yang berada dipuncak, memiliki pemandangan 360 derajat kawasan Sunda Kelapa.
Pemandangan yang menggangu perhatian adalah, sempitnya dan kotornya sungai Ciliwung.  Bagaimana dengan jutaan orang yang telah membuang segala kotoran melalui sungai, masih bisa mengalir ke laut? Bahkan masi saja ada orang yang tinggal di bantaran kali, kalau gak sengaja jatuh ke sungai bisa langsung mati keracunan bayangku. Sisi indahnya berada ketika melihat kapal-kapal berdampingan di pelabuhan.

(Sumber: http://oliviasamudera.hol.es/uncategorized/museum-bahari-jakarta/)

Komentar